Thursday, November 27, 2008

A post from my last days in Bali...

Setelah 22 tahun menjejak bumi ini, baru sekarang secara samar gw melihat sesuatu. Mencoba memahami diri gw satu tahap lebih baik.
Selama ini, gw berjalan melewati banyak persimpangan dan bertemu banyak kepribadian untuk menemukan tujuan gw, tempat yang bisa gw sebut rumah. Sebuah tempat yang nyaman dan nyaman menurut gw.

Baru sekarang, di saat gw akan meninggalkan Bali dan menuju Jakarta dalam tiga hari ke depan, gw sadar satu hal.
Bahwa perasaan yang gw rasakan ini sama dengan ketika gw meninggalkan Ambon, Oz, Solo, Yogya, ataupun Bandung.
Perasaan bahwa gw akan melangkah sekali lagi ke tempat yang sama sekali baru buat gw, perasaan bahwa gw akan sekali lagi bertemu orang2 baru dan mengulangi semua dari awal, perasaan bahwa gw sekali lagi akan jadi 'bukan siapa2' untuk siapapun, perasaan bahwa sekali lagi gw akan secara konstan tersesat di tempat yang gw gak kenal.
Anxious, Excited, Happy, Worried, they're all mixed here in my heart, and it makes my heart beat faster.


Baru sekarang gw sadari, bahwa nggak peduli dengan siapa gw hang out, siapa yang akan memandang sinis terhadap gw, siapa yang mau ngobrol ma gw, siapa yang ngomongin diri gw di belakang gw, siapa yang tertawa terhadap lelucon gw yang garing, siapa yang mencaci gw karena dia sebenernya concern sama gw tapi nggak tau gimana berkomunikasi dengan baik sama gw, siapa bos gw yang terlalu baik atau terlalu galak, sesering apa gw nyasar, seburuk apa gw kehidupan gw, semua membentuk lingkungan sekitar gw.

Baru sekarang pemahaman itu secara samar telihat, bahwa rumah yang gw tuju bukanlah sebuah tempat yang diberikan Tuhan menjadi sebuah zona nyaman yang tepat dari segla hal buat gw, rumah yang gw tuju bukanlah sebuah batas fisik denah2 yang gw sketsa atau draft di autocad setiap har. Rumah yang gw tuju adalah yang setiap hari gw temui pada saat gw melihat cermin, rumah yang gw tuju adalah setiap perilaku manusia yang gw temui pada perjalanan gw yang kerap kali tersesat, rumah gw adalah jam2 yang gw habiskan untuk mengulangi rutinitas yang sama setiap harinya, rumah gw adalah suasana di lingkungan sekeliling gw entah gw sedang tidur2an, sedang sibuk bekerja, sedang sibuk pura2 bekerja, sedang menggosip, sedang menjedot2kan kepala mengikuti alunan musik dan bersikap autis, sedang menyelinap keluar dari diri gw dan melayang2, itulah rumah gw...

Bukankah itu inti makhluk hidup, sebuah individu yang mampu atau dipaksa mampu bertahan hidup di suasana apapun? Bukankah itu makna kehidupan, seseorang belajar memilah yang baik dari yang buruk bukannya yang disuka dari yang dibenci? BUkankah itu arti hidup, perjalanan mencari jati diri sampai akhirnya berpindah alam?

Sejauh ini, baru itu pemahaman gw akan rumah,,, sebuah zona nyaman yang harus gw usahakan sendiri. Entah kalo di masa yang akan datang berubah, gw sendiri gak tau. Tapi sekarang, gw mau berterima kasih untuk semua individu yang pernah bersimpangan jalan dengan gw, yang pernah, sedang, dan akan mengiringi langkah gw yang sering sulit ditebak arahnya ini, yang membantu gw menyibak tujuan gw sebenarnya. I thank you guys...
Karena gw percaya, gak ada yang namanya sia2 di dunia ini, walopun lu gak mendapatkan hasil apapun yang tangible buat orang laen.

Saat ini, biarkan gw sekali lagi memanggul backpack ijo muda gw dan menggeret koper ijo tua hasil hibah orang tua gw itu, mengatur kembali lemari dan menangkap vista dengan mata hati dan pikiran gw. Sesuai cara gw, bukan cara orang lain. Biarkan gw tersungkur dalam syukur kepada Tuhan, karena Dia pegangan gw sampai saat ini.


*mates, life's always a bitch, but it's up to you to decide, you'll be a puppy or not*


---
It's not that I hate being in any place, it's only that I have to move on to another place awaits for me.
TiQi Bo
Tikki Mahayanti

1 comment:

Aziza Iskandar said...

Good Luck on your new job!! and also enjoy Jakarta...hahaha...